Tugas magang

 1. Kultur sekolah

Tujuan umum dalam pendidikan pada dasarnya bertujuan menjadikan manusia yang memiliki suatu ilmu pengetahuan serta terdidik. Oleh karena itu, setiap sekolah mempunyai budaya atau suatu kultur tersendiri yang memberikan suatu gambaran atau proses dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. 

Kultur tersebut menggambarkan dalam suatu interaksi yang mana dalam komponen-komponen akademik maupun nonakademik. Interaksi menggambarkan antara pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar, interaksi guru terhadap pegawai administrasi, interaksi antar peserta didik, interaksi peserta dengan staf perpustakaan,  serta interaksi pendidik dengan kepala sekolah.  

Kultur tersebut akan berperan untuk membentuk iklim sekolah serta memberikan suatu kesan terhadap peserta didik terhadap sesuatu yang berguna serta bernilai bagi perserta didik. Istilah kultur itu sendiri berasal dari bahasa Inggris "culture" yang mana disamakan dengan sebutan "budaya". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga dapat diartikan dengan kebudayaan. 

Kultur Sekolah ialah suatu keyakinan atau perilaku yang mana untuk melakukan suatu kebiasaan dalam lingkungan serta cara untuk mencari suatu permasalahan yang sedang dialami dalam suatu sekolah yang mana sampai pada tujuan sekolah tersebut. 

Dapat dipahami dalam pengertian budaya atau kultur bahwasanya kultur merupakan suatu konsep yang mana suatu upaya pendekatan terhadap perbaikan dalam suatu organisasi yang ada disekolah yang lebih mengutamakan kepada tradisi, simbol,  serta suatu keyakinan yang ada dalam diri peserta didik pada sekolahnya. Adapaun perbedaan kultur dengan struktur. 

Pendekatan ini lebih menginginkan untuk menciptakan suatu hal besar yang dapat merubah suatu struktur yang mana mengubah suatu perilaku, ada pun kenyataannya perilaku pada seseorang yang sangat kuat untuk di intruksikan atau di reformasikan dari luar.  Sedangkan suatu pendekatan kultur lebih mengusahakan untuk memunculkan orang-orang besar dalam artian membangun suatu manusia yang melalui sifat, karakter, visi, sikap serta suatu kebiasaan serta nilai-nilai yang memiliki sifat positif. 

Dan banyak orang yang menyakini bahwa suatu keberhasilan pada seseorang tidak hanya ditentukan dengan kuatnya IQ akan tetapi terpengaruhnya akan motovasi, kegigihan, minat, kesabaran,  serta dalam diri kita sendiri.  Adapun suatu pengembangan kultur dalam meningkatkan kinerja peserta didik adanya peserta didik dalam suatu proses belajar mengajar di suatu sekolah memiliki suatu peran yang tidak sedikit dalam dunia pendidikan di sekolah. Ketika guru mendapat masalah baik dalam sarana ataupun prasarana akan tetapi guru masih bisa mengajar. 

Tetapi guru tidak bisa mengajar jika tidak ada murid yang menjadi suatu objek bagi seorang guru.  Membangun suatu kegiatan belajar mengajar di sekolah tidak hanya fokus dalam kinerja seorang guru akan tetapi juga kepada peserta didik juga. Suatu upaya yang ingin meningkatkan kinerja peserta didik pada proses pembelajaran sangatlah penting bagi dirinya, terutama pada hakikatnya merekalah pemiliknya. Sekolah serta suatu komponen yang lain untuk menyediakan suatu proses belajar bagi peserta didik. 

Hal-hal yang mempengaruhi kinerja siswa diantaranya: 
Pertama, sedikitnya suatu keseriusan dalam proses pelajaran serta upaya dalam menciptakan suasana dalam kelas yang kondusif,  yang disebabkan mereka kurang menyukai guru yang lebih menekankan pada catatan setiap siswa harus serapi mungkin. Kedua, kurangnya rasa ingin untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi karena, beralasan kurangnya pendapatan ekonomi orang tua. Ketiga, kurangnya kepercayaan diri karena adanya guru yang sering membanding- bandingkan dengan kelas lain. Keempat, kurangnya rasa displin berpakaian mereka menganggap masih ada suatu pertentangan penerapan tata tertib agar mendapat celah untuk melakukan suatu pelanggaran tersebut. 

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses yang dapat direspon psikologis anak terhadap suatu rangsangan dari dalam baik dari kondisi yang alami atau secara langsung sebagai suatu perwujudan budaya guru serta siswa secara global dan suatu kondisi yang di buat oleh sekolah. Dapat disimpulkan pengembangan kultur sekolah ialah suatu pengembangan kultur akademik,  kultur sosial serta kultur membangun suatu kepribadian anak yang sehat, agar dapat meningkatkan suatu motivasi serta pencapaian dalam belajarnya. 
2. Manajemen sekolah

Sekolah merupakan hal terpenting bagi masyarakat dan negara tentunya. Kita pun telah mengetahui bahwa di Indonesia yang diwajibkannya untuk masuk sekolah dasar selama 12 tahun untuk memperbanyak sumber daya manusia yang ada di Indonesia.  Seiring berkembangnya zaman maka masyarakat semakin berfikir bahwa pendidikan sangatlah penting. Selain kita mendapatkan ilmu,  kita juga bisa bersosialisasi pada masyarakat, menjadi diri sendiri,  serta kita tidak hanya mendapat ilmu formal saja akan tetapi, ilmu agama juga kita dapatkan. 

Dan sekolah dimana saja kini telah menyiapkan sarana dan prasarana yang bagus agar bisa mencapai tujuan yakni menjadikan generasi cerdas. Minggu lalu saya sudah membahas apa itu kultur sekolah sekarang ada pembahasan baru lagi yakni "Manajemen Sekolah" apa itu manajemen sekolah? Manajemen sekolah ialah semua yang menyangkut dengan pengelolahan suatu proses pendidikan agar mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. 

Jadi, yang dimaksud manajemen sekolah ialah suatu proses pendidikan yang ingin mewujudkan suatu kercapaian yang bertujuan pada sistem yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah. 

Adapun faktor rendahnya kualitas pendidikan disekolah yakni kurangnya ke efektivitasan, efesiensi, serta standarnya pengajaran. Selain itu, adapun permasalahan khusus tentunya dalam pendidikan yakni rendahnya kompetensi guru, sarana dan prasarana, kesejehteraan guru itu sendiri bahkan presentasi siswa,  serta mahalnya biaya pendidikan. 

Manajemen sekolah ini memiliki fungsi bukan? Jika tidak, mana mungkin ada manajemen sekolah. Baik fungsi manajemen sekolah tersebut antara lain berfungsi sebagai perencanaan, perorganisasian, pengarahan. Dari empat fungsi ini memiliki tempat masing-masing. Program yang menjadikan bahan utama ialah implementasi manajemen sekolah pada kurikulum dan pengajaran, tenaga kependidikan.

Proses pendidikan yang bermutu apabila seluruh komponen pendidikan terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri.  Kamisa (Karwati dan Priansa, 2013: 15) menyebutkan "mutu yang dimaksud dalam persepektif pendidikan adalah mutu dalam konsep relatif, terutama berhubungan dengan kepuasa pelanggan. Pelanggan pendidikan ada dua, yaitu pelanggan internal dan eksternal.  Pendidikan bermutu maksudnya apabila pelanggannya (kepala sekolah, guru, serta karyawan sekolah) berkembang baik dalam fisik ataupun psikis, sedangkan pelanggan eksternal yaitu (peserta didik).
3. Karakteristik peserta didik

Pengertian Karakteristik Peserta Didik
Apa itu karakteristik peserta didik? Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti ciri, tabiat, watak, dan kebiasaan yang dimiliki oleh seseorang yang sifatnya relatif tetap. Karakteristik peserta didik dapat diartikan keseluruhan pola kelakukan atau kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan, sehingga menentukan aktivitasnya dalam mencapai cita-cita atau tujuannya. Informasi terkait karakteristik peserta didik sangat diperlukan untuk 
kepentingan-kepentingan dalam perancangan pembelajaran. Hal ini sebagaimana 
yang dikemukakan oleh Ardhana dalam Asri Budiningsih (2017: 11) karakteristik 
peserta didik adalah salah satu variabel dalam desain pembelajaran yang 
biasanya didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh 
peserta didik termasuk aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka seperti 
kemampuan umum, ekspektasi terhadap pembelajaran dan ciri-ciri jasmani serta 
emosional siswa yang memberikan dampak terhadap keefektifan belajar.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman atas karakteristik 
peserta didik dimaksudkan untuk mengenali ciri-ciri dari setiap peserta didik yang nantinya akan menghasilkan berbagai data terkait siapa peserta didik dan sebagai 
informasi penting yang nantinya dijadikan pijakan dalam menentukan berbagai metode yang optimal guna mencapai keberhasilan kegiatan pembelajaran.

2. Ragam Karakteristik Peserta Didik
Uraian yang akan disajikan berikut ini memaparkan tentang pentingnya dan 
ragam/jenis karakteristik peserta didik. Suatu proses pembelajaran akan dapat 
berlangsung secara efektif atau tidak, sangat ditentukan oleh seberapa tinggi 
tingkat pemahaman pendidik tentang karakteristik yang dimiliki peserta didiknya. 
Pemahaman karakteristik peserta didik sangat menentukan hasil belajar yang 
akan dicapai, aktivitas yang perlu dilakukan, dan assesmen yang tepat bagi 
peserta didik. Atas dasar ini sebenarnya karakteristik peserta didik harus menjadi 
perhatian dan pijakan pendidik dalam melakukan seluruh aktivitas pembelajaran. 
Karakteristik peserta didik meliputi: etnik, kultural, status sosial, minat, 
perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan 
emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral dan spiritual, dan 
perkembangan motoric.
Agar Anda memperoleh gambaran yang jelas tentang ragam karakteristik peserta didik tersebut, maka ikuti paparan berikut:

a. Etnik
Negara Indonesia merupakan negara yang luas wilayahnya dan kaya akan 
etniknya. Namun berkat perkembangan alat transpotasi yang semakin modern, maka seolah tidak ada batas antar daerah/suku dan juga tidak ada kesulitan 
menuju daerah lain untuk bersekolah, sehingga dalam sekolah dan kelas tertentu 
terdapat multi etnik/suku bangsa, seperti dalam satu kelas kadang terdiri dari 
peserta didik etnik Jawa, Sunda, Madura, Minang, dan Bali, maupun etnik lainnya. 
Implikasi dari etnik ini, pendidik dalam melakukan proses pembelajaran perlu 
memperhatikan jenis etnik apa saja yang terdapat dalam kelasnya. Data tentang 
keberagaman etnis di kelasnya menjadi informasi yang sangat berharga bagi 
pendidik dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Seorang pendidik yang 
menghadapi peserta didik hanya satu etnik di kelasnya, tentunya tidak sesulit yang 
multi etnik. Contoh Pak Ardi seorang pendidik di kelas 6 Sekolah Dasar yang 
peserta didiknya terdiri dari etnik Jawa semua atau Sunda semua, tentunya tidak 
sesulit ketika menghadapi peserta didik dalam satu kelas yang multi etnik. Jika 
Pak Ardi melakukan proses pembelajaran dengan peserta didik yang multi etnik 
maka dalam melakukan interaksi dengan peserta didik di kelas tersebut perlu 
menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh semua peserta didiknya. 
Kemudian ketika memberikan contoh-contoh untuk memperjelas tema yang 
sedang dibahasnya juga contoh yang dapat dimengerti dan dipahami oleh semuanya.

b. Kultural
Meskipun kita telah memiliki jargon Sumpah Pemuda yang mengakui bertumpah darah yang satu tanah air Indonesia, berbangsa yang satu bangsa Indonesia dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. Namun peserta didik kita sebagai anggota suatu masyarakat memiliki budaya tertentu dan sudah barang tentu menjadi pendukung budaya tersebut. Budaya yang ada di masyarakat kita sangatlah beragam, seperti kesenian, kepercayaan, norma, kebiasaan, dan adat 
istiadat. Peserta didik yang kita hadapi mungkin berasal dari berbagai daerah yang tentunya memiliki budaya yang berbeda-beda sehingga kelas yang kita hadapi 
kelas yang multikultural.

Implikasi dari aspek kultural dalam proses pembelajaran ini pendidik dapat 
menerapkan pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural menurut Choirul 
(2016: 187) memiliki ciri-ciri: 1) Tujuannya membentuk “manusia budaya” dan 
menciptakan manusia berbudaya (berperadaban). 2). Materinya mangajarkan
nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis 
(kultural). 3) metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan 
dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis (multikulturalisme). 4). 
Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang 
meliputi aspek persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya.
Atas dasar definisi dan ciri-ciri pendidikan multikultural tersebut di atas, maka 
pendidik dalam melakukan proses pembelajaran harus mampu mensikapi 
keberagaman budaya yang ada di sekolahnya/kelasnya. Misalnya Pak Irwan 
seorang pendidik disalah satu SMA ketika menjelaskan materi pelajaran dan 
dalam memberikan contoh-contoh perlu mempertimbangkan keberagaman 
budaya tersebut, sehingga apa yang disampaikan dapat diterima oleh semua 
peserta didik, atau tidak hanya berlaku untuk budaya tertentu saja.

c. Status Sosial
Manusia diciptakan Tuhan dengan diberi rizki seperti berupa pekerjaan, kesehatan, kekayaan, kedudukan, dan penghasilan yang berbeda- beda. Kondisi 
seperti ini juga melatar belakangi peserta didik yang ada pada suatu kelas atau 
sekolah kita. Peserta didik pada suatu kelas biasanya berasal dari status sosial-
ekonomi yang berbeda-beda. Dilihat dari latar belakang pekerjaan orang tua, di 
kelas kita terdapat peserta didik yang orang tuanya wira usahawan, pegawai 
negeri, pedagang, petani, dan juga mungkin menjadi buruh. Dilihat dari sisi jabatan 
orang tua, ada peserta didik yang orang tuanya menjadi pejabat seperti presiden, 
menteri, gubernur, bupati, camat, kepala desa, kepala kantor atau kepala 
perusahaan, dan Ketua RT. Disamping itu ada peserta didik yang berasal dari 
keluarga ekonomi mampu, ada yang berasal dari keluarga yang cukup mampu, 
dan ada juga peserta didik yang berasal dari keluarga yang kurang mampu.
Peserta didik dengan bervariasi status ekonomi dan sosialnya menyatu untuk 
saling berinteraksi dan saling melakukan proses pembelajaran. Perbedaan ini 
hendaknya tidak menjadi penghambat dalam melakukan proses pembelajaran. 
Namun tidak dapat dipungkiri kadang dijumpai status sosial ekonomi ini menjadi 
penghambat peserta didik dalam belajar secara kelompok. Implikasi dengan 
adanya variasi status-sosial ekonomi ini pendidik dituntut untuk mampu bertindak 
adil dan tidak diskriminatif. Contohnya dalam proses pembelajaran pendidik jangan sampai membeda- bedakan atau diskriminatif dalam memberikan 
pelayanan kepada peserta didiknya, dan juga dalam memberikan tugas-tugas 
yang sekiranya mampu diselesaikan oleh semua peserta didik dengan latar 
belakang ekonomi sosial yang sangat beragam.

d. Minat
Minat dapat diartikan suatu rasa lebih suka, rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas. Hurlock (1990: 114) menyatakan bahwa minat merupakan suatu sumber 
motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan yang dipilihnya. 
Apabila seseorang melihat sesuatu yang memberikan manfaat, maka dirinya akan 
memperoleh kepuasan dan akan berminat pada hal tersebut. Lebih lanjut 
Sardiman, (2011: 76) menjelaskan bahwa minat sebagai suatu kondisi yang terjadi 
apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan 
dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingan orang tersebut.

Untuk mengetahui apakah peserta didik memiliki minat belajar yang tinggi atau 
tidak sebenarnya dapat dilihat dari indikator minat itu sendiri. Indikator minat 
meliputi: perasaan senang, ketertarikan peserta didik, perhatian dalam belajar, 
keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, manfaat dan fungsi mata 
pelajaran.

4. Manajemen sekolah

Manajemen kelas berasal dari dua kata, yaitu manajemen dan kelas. Manajemen berasal dari kata bahasa Inggris yaitu management, yang diterjemahkan pula menjadi pengelolaan, berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sementara yang dimaksud kelas secara umum diartikan sebagai sebagai sekelompok peserta didik yang ada pada waktu yang sama menerima pembelajaran yang sama dari pendidik yang sama. Sebagian pengamat yang lain mengartikan kelas menjadi dua pemaknaan, yaitu: Pertama, kelas dalam arti sempit, yaitu berupa ruangan khusus, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam hal ini mengandung sifat-sifat statis, karena sekedar menunjuk pada adanya pengelompokan siswa berdasarkan batas umur kronologis masing-masing. Kedua, kelas  dalam arti luas, yaitu suatu masyarakat kecil yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar secara kreatif untuk mencapai tujuan. 

Dengan demikian, manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi peserta didik dengan baik. 

Berdasarkan pendekatan operasional menurut Weber, manajemen kelas didefinisikan sebagai:

1) Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui penggunaan disiplin.

2) Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui intimidasi.

3) Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa.

4) Seperangkat kegiatan guru menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk yang telah disajikan.

5) Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik.

6) Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan.

7) Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosioemosional kelas yang positif.

8) Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.

Berdasarkan definisi tersebut, maka kegiatan manajemen kelas meliputi: mempertahankan ketertiban kelas, memaksimalkan kebebasan siswa dalam konteks pembelajaran, perencanaan pembelajaran, mengembangkan tingkah laku positif peserta didik, mengembangkan hubungan interpersonal dan mewudkan iklim sosioemosional yang 

positif. Adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan selektif dan kreatif.

b. Tujuan Manajemen Kelas

Manajemen kelas pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu, manajemen kelas juga bertujuan untuk menciptakan suasana kelas yang nyaman untuk tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Dengan demikian, proses tersebut akan dapat berjalan dengan efektif dan terarah, sehingga cita-cita pendidikan dapat tercapai demi terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas.

Adapun kegiatan pengelolaan fisik dan pengelolaan sosio-emosional merupakan bagian dalam pencapaian tujuan pembelajaran dan belajar siswa. Ketercapaian tujuan pengelolaan kelas seperti dikemukakan oleh A. C. Wraag dapat dideteksi atau dilihat dari: 

“Anak-anak memberikan respon yang setimpal terhadap perlakuan yang sopan dan penuh perhatian dari orang dewasa atau guru. Mereka akan bekerja dengan rajin dan penuh konsentrasi dalam melakukan tugas-tugasnya yang sesuai dengan kemampuannya.”

Apabila tujuan dari manajemen kelas sudah tercapai, maka ada dua kemungkinan yang akan dialami oleh siswa sebagai indikator keberhasilan dari manajemen tersebut, yaitu:

1) Sebuah manajemen kelas dapat dikatakan berhasil apabila sesudah itu setiap siswa mampu untuk terus belajar dan bekerja. Siswa tidak mudah menyerah dan pasif manakala mereka merasa tidak tahu atau kurang memahami tugas yang harus dikerjakan. Setidaknya, siswa masih menunjukkan semangat dan gairahnya untuk terus mencoba dan belajar, meski mereka menghadapi hambatan dan problem yang sulit sekalipun.

2) Sebuah manajemen kelas juga dapat dikatakan berhasil apabila setiap siswa mampu untuk terus melakukan pekerjaan tanpa membuang-buang waktu dengan percuma. Artinya, setiap siswa akan bekerja secepatnya supaya ia segera dapat menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini akan membuat siswa mampu menggunakan waktu belajarnya seefektif dan seefisien mungkin.

c. Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas

Dalam suatu sekolah, perlu kita sadari bahwa jumlah siswa di dalam kelas akan turut mewarnai dinamika kelas itu sendiri. Semakin banyak jumlah siswa yang ada dalam suatu kelas, maka kemungkinan besar akan semakin sering terjadi konflik antarsiswa. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa dalam suatu kelas, maka kecenderungan terjadi konflik juga akan semakin kecil.

1) Guru Harus Hangat dan Antusias

Agar kelas dapat dikelola dengan baik, seorang guru harus bersikap hangat dan antusias kepada siswa. Untuk dapat memiliki sikap yang hangat kepada siswa guru dapat melakukan hal-hal berikut:

a) Bertanyalah tentang kabar siswa-siswi sebelum memulai pelajaran. Cara ini setidaknya dapat membangun kesan mendalam pada diri siswa dan membuat mereka benar-benar merasa diperhatikan.

b) Sediakan waktu dan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan persoalan-persoalan yang mereka hadapi, baik mengenai persoalan pelajaran atau persoalan lain.

c) Berdoalah untuk mereka. Ketika guru secara khusyuk berdoa untuk siswa dan siswa mengamininya, maka pada saat itu terjalin hubungan emosional yang kuat antara guru dengan siswa.

2) Guru Harus Mampu Memberikan Tantangan Biasanya setiap siswa sangat menyukai beberapa tantangan yang mengusik rasa ingin tahu mereka. Karena itu, guru harus mampu memberikan tantangan yang dapat memancing antusiasme siswa dalam mengikuti mata pelajarannya. Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh guru dalam memberikan tantangan, yaitu:

a) Lakukan evaluasi sederhana secara berkala setiap minggu. Apabila hari ini guru menyampaikan materi suatu pelajaran, maka evaluasi dapat dilakukan pada minggu yang akan datang.

b) Selingi dengan kuis, misalnya guru membuat teka-teki yang bahan-bahannya diambil dari materi pelajaran. Atau ajaklah siswa untuk belajar di luar kelas sebagai sarana untuk refreshing.

3) Guru Harus Mampu bersikap Luwes Setiap guru harus mampu bersikap luwes kepada siswanya. Artinya, di dalam kelas seorang guru tidak harus memosisikan diri sebagai orang yang serba tahu. Sesekali dalam waktu tertentu, guru juga harus mampu menempatkan dirinya sebagai orang “saudara”, “orang tua”, maupun “sahabat’ bagi siswa-siswinya. Pergaulan yang luwes antara seorang guru dengan siswa dapat menumbuhkan rasa saling menghormati dan menghargai. 

4) Beri Penekanan pada Hal Positif 

Perlu diketahui bahwa dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari terlalu fokus pada hal-hal negatif. Dalam kelas, pandangan dan sikap guru terhadap suatu hal dapat memberikan pengaruh besar bagi siswa. 

5) Penanaman Disiplin Diri

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah bagaimana agar anak didik dapat mengembangkan sikap disiplin dengan baik. Begitu pula halnya dengan guru. untuk mewujudkan tujuan itu, tentu saja guru harus memberikan teladan yang sesuai. Seorang guru tidak mungkin dapat mengelola kelas dengan baik jika mereka juga kurang disiplin. Tunjukkan kepada siswa bahwa guru mereka juga menjunjung tinggi sikap disiplin dengan mempraktikkannya secara langsung.

Jadi dapat disimpulkan Manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi peserta didik dengan baik. Manajemen kelas terkait perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program manajemen kelas. Manajemen kelas pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Manajemen kelas dalam konsep modern dipandang sebagai proses mengorganisasikan segala sumber daya kelas bagi terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Sumber daya itu diorganisasikan untuk memecahkan beragam masalah yang menjadi kendala dalam proses pembelajaran sekaligus membangun situasi kelas yang kondusif secara berkesinambungan. Guru sebagai pemimpin kelas diharapkan mampu menerapkan pendekatan manajemen kelas berdasarkan situasi dan kondisi yang berlangsung. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 



Komentar